Secara fisik, kerusakan shockbreaker dapat diketahui dari terdengarnya bunyi-bunyi tak normal di sekitar shockbreaker, terutama ketika kita melewati jalan yang permukaannya tidak rata. Pemeriksaan dapat kita lakukan juga dengan melihat ada tidaknya kebocoran oli pada komponen ini. Bekas rembesan oli akan terlihat jika ada seal dalam shockbreaker yang robek sehingga oli mengalir keluar. Di samping itu, kondisi shockbreaker dapat diperiksa dengan cara menekan-nekan body mobil dan memperhatikan pantulannya. Bila bodi memantul berulang-ulang, berarti sudah waktunya shockbreaker diganti. Agar lebih yakin, bawalah ke bengkel resmi karena pemeriksaan mereka lebih tepat dan akurat dengan cara mencopot shockbreaker dari body mobil. Dari segi waktu, biasanya komponen penyerap getaran ini sudah mulai rusak pada tahun ke-tiga (sekitar 60.000 km). Bahkan, kerusakan bisa lebih cepat lagi jika mobil Anda sering melintasi medan yang permukaan jalannya kurang bagus sehingga komponen ini sering bekerja lebih berat. Sebagai bentuk perawatan, kondisi shockbreaker juga bisa kita jaga. Misalnya dengan cara sedapat mungkin menghindari jalan yang berlubang. Kalaupun terpaksa harus melintasi medan yang kurang bagus, kurangilah laju kecepatan. Jika perlu, berjalan dengan sangat lambat agar shockbreaker tidak perlu bekerja terlalu keras meredam guncangan. Beban kendaraan juga harus diperhatikan. Usahakan jangan membawa atau mengangkut muatan dengan beban yang tidak sesuai kapasitas mobil. Jika pabrikan mendesain mobil untuk 5 penumpang, jangan memaksa untuk membawa penumpang lebih banyak, apalagi dengan menambahi barang bawaan di kabin atau atap mobil. Perawatan juga dapat dilakukan dengan secara rutin membersihkan shockbreaker dari kotoran yang menempel. Kotoran sanggup merusak seal-seal maupun piston. Rutinitas membersihkan komponen ini juga seharusnya lebih intensif jika mobil sering diajak melewati medan yang kotor dan becek.
Sumber:
|