Gantilah oli pada jangka waktu sesuai rekomendasi pabrikan
Teknologi yang dianut mesin sekarang kian canggih dan kompleks. Seperti aplikasi katup variabel atau injeksi bahan bakar langsung. Dengan teknologi tersebut diharapkan mesin menjadi semakin efisien yang berujung pada pengiritan konsumsi BBM dan naiknya performa.
Meski demikian, ada beberapa hal yang tetap sama. Di antaranya adalah sistem pernapasan oli. “Seperti kita ketahui bersama, tekanan tinggi di dalam mesin membuat suhu oli di bak penampungan naik dan menguap,” terang Iwan Abdurahman, Section Head Technical PT Toyota-Astra Motor (TAM).
Uap inilah yang kemudian disalurkan ke ruang bakar melalui intake dan dibakar bersama BBM dan udara. Jika tidak, tekanan dari uap oli akan menghambat gerakan piston dan menurunkan kinerja mesin. “Namun dengan semakin tingginya teknologi oli membuat jumlah oli yang menguap semakin kecil,” lengkap Iwan.
Hal tersebut tidak menjamin kita untuk tidak mengganti oli. Ya, karena oli akan rusak karena kontaminasi zat lain. Salah satu sumber yang tidak terduga adalah melalui ruang bakar di dalam silinder.
Memang di setiap piston terdapat ring atau cincin. Jumlahnya 3, dengan 2 ring atas sebagai ring kompresi dan yang paling bawah sebagai ring oli. Tugas ring kompresi untuk menjaga agar kompresi tidak bocor, sedangkan ring oli untuk menurunkan oli yang melumasi dinding silinder. “Jaraknya dengan dinding silinder antara 0,2 sampai dengan 0,3 mm,” lanjut Iwan.
Pada saat langkah kerja, tekanan akibat ledakan di ruang bakar menekan piston ke bawah. Ruang mesin di bawah piston mendapatkan gaya dorong besar. Inilah yang menyebabkan tekanan di ruang oli meninggi, membuat oli panas, dan selanjutnya menguap. Dalam istilah otomotif dikenal sebagai blow by gas.
“Pada mesin modern kondisi ini disiasati dengan membuat lubang antar silinder. Tekanan yang diterima dipindahkan ke silinder di sebelahnya yang sedang bergerak ke atas,” tegas Iwan lebih lanjut. Bersama dengan meningkatnya teknologi pelumas, langkah ini efektif untuk mengurangi laju penguapan oli.
Oli dan zat kontaminasi bercampur di dalam bak oli
Walau sudah dikawal 3 ring piston, risiko bocornya kompresi saat langkah kerja tetap mungkin terjadi. Kondisi ini diperburuk saat terjadi pembakaran tidak sempurna. Campuran bahan bakar dan udara dapat menyusup di sela antara dinding silinder dan ring piston. Turun ke bawah, untuk selanjutnya bercampur dengan oli.
Prosesnya memang berlangsung lambat dengan volume sangat kecil. “Apalagi saat ini terus dilakukan pengembangan kualitas produk, seperti pada ring piston yang menggunakan bahan fibre-reinforced metal,” urai Iwan. Penggunaan bahan ini diharapkan mampu menekan tingkat kebocoran di ruang bakar.
Tapi saat mengganti oli tetap terlihat soots atau jelaga yang terbentuk akibat bercampurnya oli dengan sisa pembakaran. Dan jangan lupa, jeleknya kualitas BBM memperburuk jelaga yang terbentuk.
- Sela antara dinding silinder dan ring piston memungkinkan bocoran kompresi merembes ke bawah
- Dua ring paling atas untuk menjaga kompresi dan ring paling bawah untuk mengarahkan oli
- Ring piston diciptakan untuk menjaga kompresi dan mengatur gerakan oli di dinding silinder
Itulah mengapa oli harus diganti. Setelah berapa lama? Yang terbaik tentu mengikuti anjuran pabrikan mobil yang kita pakai. Seperti Toyota dan Nissan yang merekomendasikan mengganti oli mesin setiap 10 ribu km atau Hyundai yang mampu bertahan setiap kelipatan 7.500 km.
Bearing memiliki risiko terkikis lebih besar dari komponen lainnya
Kontaminasi Bahan Lainnya
Tidak hanya bocornya bahan bakar yang membuat kita harus mengganti oli. Seperti diketahui, fungsi oli adalah untuk melumasi komponen mesin dan melindunginya dari gesekan.
Ada dua kondisi dimana pelumas bekerja ekstra berat. Yaitu saat mesin baru dinyalakan dan putaran mesin tinggi. Memang, untuk antisipasinya spek oli modern dibuat lebih encer agar dapat cepat menjangkau bagian terjauh dan sulit. Tapi ada momen, walau hanya sesaat, dimana oli tidak mampu melumasi komponen mesin dengan baik.
Di sini risiko ‘benturan’ antar komponen cukup tinggi. Oleh karena itu ada kemungkinan komponen yang terkikis. Seperti pada bearing di camshaft dan crankshaft yang memang diciptakan untuk ‘kalah duluan’ ketimbang poros yang dijaganya. Nah, sisa-sisa kikisan logam itu akan terbawa ke dalam bak oli.
Selain itu, yang tak kalah penting adalah kebersihan udara yang masuk ke dalam ruang bakar. Jika kotor, akan terbawa serta masuk ke dalam bak oli bersama bocoran kompresi mesin. Jika diperhatikan melalui uji laboratorium akan tampak kandungan silikon di dalamnya.